Sabtu, 05 Maret 2011

Penjelasan tentang korosi atau karat

KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

Definisi korosi
Korosi atau ( corrosive ) adalah kerusakan atau degradasi alogam akibat reaksi redoks dengan suatu logam dengan berbagai zq di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendakinya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah yang berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapt dikendalikan atau lajunya diperlambat sehingga memperlambat proses perusakannya.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O.
Kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan tingkat humanitas dan dekat dengan laut adalah faktor yang dapat mempercepat proses korosi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi sering dijumpai pada bangunan atau peralatan yang menggunakan komponen logam seperti seng, tembaga, baja dan sebagainya. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contohnya adalah keroposnya jembatan, bodi mobil atau berbagai konstruksi dan peralatan dari besi.
Pengendalian korosi secara teoritis dilakukan sejak pemilihan bahan, proses perancangan, sampai struktur jadi dan bahkan melalui perubahan/modifikasi lingkungannya. Akan tetapi masih terdapat hal-hal yang diluar jangkauan per-rekayasaan atau pakar korosi yang kompeten. Misalnya tidak ada orang yang dapat merubah PH air laut ataupun kondisi tanah tempat pipa dibenamkan.
Beberapa jenis korosi :
1.     Uniform corrosion
Yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang akibat permukaan terkonversi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan terbuka.
2.     Pitting corrosion
Yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya film proteksi logam yang disebabkan oleh laju kecepatan korosi yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.
3.     Stress corrosion cracking
Yaitu korosi berbentuk retak0retak yang tidak mudah dilihat, terbentuk dipermukaan logam dan berusahaan merembet ke dalam . ini banyak terjadi pada logam-logam yang banyak mendapat tekanan. Hal ini disebabkan kombinasi dari tegangan tarik dan lingkungan yang korosif sehingga struktur logam melemah.
4.     Erossion corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena dtercegah pembentukan film pelindung yang disebabkan oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir.
5.     Galvanic corrosion
Yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan antara dua metal yang disambung dan terdapat perbedaan potensial antara keduanya.
6.     Crevice corrosion
yaitu korosi yang terjadi di sela sela gasket sambung bertindih, sekrup-sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk karat.
7.     Selective corrosion
Yaitu korosi yang berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laju Korosi
Umumnya problem korosi disebabkan oleh air, tetapi ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi laju korosi diantaranya :
1.     Faktor Gas Terlarut
Oksigen (O2) adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam ait merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya akan berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentari garam.
Reaksi korosi secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :
Reaksi anoda : Fe(s) -> Fe2+(aq) + 2e
Reaksi katoda : 02 (g) + 2H2O(aq) + 4e -> 4 OH
CO2 + H2O -> H2CO3
Fe + H2CO3 -> FeCO3 + H2
FeCO3 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai sweet corrosion.
2.     Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
3.     Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan pH<7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH>7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada Ph antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH<7 dan pada PH>13.
4.     Faktori Bakteri pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.
5.     Faktor Padatan Terlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya alloys. Klorida biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktifitas larutan garam, dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.
PENCEGAHAN KOROSI
            Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahanterbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adlah dengan cara proteksi katodik, coating, dan peng chemical inhibitor.
1.     Proteksi katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke dalam larutan yang ada sehingga logam tersebut berkarat.
Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus elektron dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic protection.

Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi.
Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diproteksi dan antara pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa tersebut terus menerus. Jadi anoda dikorbankan untuk melindungi katoda.
Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam Mg. Pipa (besi) akan aman terlindungi selam pelindung masih ada.
2.     Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi.
3.     Pemakaian bahan-bahan kimia (chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelinsung pada permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani korosi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.

Material Corrosion inhibitor terbagi 2 (dua), yaitu
a.     Organik inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar organik inhibitor antara lain ; turunan asam lemak alifatik, yaitu monoamine, diamine, amida, asetat dan oleat.
b.    Inorganik inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur karbon dalam senyawanya. Material dasar ini inorganik inhibitor antara lain kromat, nitrit, silikat, dan posfat.

4.     Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat.
Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja tahan karat (stainless steel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar